Water Fasting 3 Hari: Tren Detoks Viral, Sehat atau Malah Berisiko?
Tren water fasting 3 hari diklaim bisa bantu detoks dan turunkan berat badan. Tapi benarkah demikian? Cari tahu fakta lengkapnya disini sebelum ikut tren viral ini.

Beberapa waktu belakangan, tren water fasting alias puasa air selama tiga hari ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak konten kreator membagikan pengalaman mereka menjalani puasa ini, mengklaim mendapat manfaat seperti tubuh yang terasa ringan, kulit lebih cerah, hingga peningkatan fokus dan detoksifikasi alami.
Tapi, sebenarnya water fasting ini benar-benar sehat, atau justru bisa membahayakan?
Apa Itu Water Fasting?
Water fasting adalah metode puasa ekstrem di mana seseorang tidak mengonsumsi apa pun selain air putih selama periode tertentu. Dalam versi populer di media sosial, water fasting dilakukan selama 3 hari penuh (72 jam), tanpa makanan maupun minuman berkalori sama sekali.
Metode ini banyak diasosiasikan dengan praktik detoksifikasi alami tubuh, serta dipercaya dapat membantu proses autofagi, proses di mana sel-sel tubuh membersihkan dirinya sendiri dari komponen yang rusak atau tidak berguna.
BACA JUGA: 5 Manfaat Tidur Siang untuk Kesehatan Tubuh dan Pikiran
Manfaat Water Fasting yang Diklaim
Beberapa manfaat water fasting yang sering disebutkan antara lain:
- Autofagi: Penemuan dari ilmuwan Jepang, Yoshinori Ohsumi (pemenang Nobel 2016), menunjukkan bahwa proses autofagi meningkat saat tubuh tidak mendapat asupan kalori.
- Menurunkan Gula Darah dan Insulin: Puasa bisa menurunkan kadar gula darah, yang berpotensi baik bagi penderita pradiabetes (namun tidak bisa dijadikan pengobatan mandiri).
- Membantu Penurunan Berat Badan: Karena tubuh menggunakan simpanan lemak sebagai energi saat tidak mendapat asupan makanan.
Namun, manfaat tersebut umumnya ditemukan dalam studi yang belum cukup bukti jangka panjang yang mendukung efektivitas water fasting sebagai metode kesehatan utama.
BACA JUGA: Berat Badan Tiba-Tiba Naik? Ini 5 penyebab yang Perlu Anda Ketahui Sebelum Panik!
Risiko Water Fasting yang Perlu Diwaspadai

Di balik manfaatnya, water fasting juga menyimpan sejumlah risiko, terutama jika dilakukan tanpa pengawasan medis:
- Hipoglikemia: Turunnya kadar gula darah terlalu drastis bisa berbahaya, terutama bagi penderita diabetes.
- Dehidrasi dan Ketidakseimbangan Elektrolit: Meskipun hanya minum air, tubuh tetap bisa mengalami ketidakseimbangan elektrolit yang berisiko mengganggu fungsi jantung dan ginjal.
- Kelelahan dan Pusing: Kurangnya asupan energi bisa menyebabkan tubuh lemas, sakit kepala, dan sulit fokus.
- Memicu Gangguan Makan: Bagi mereka yang pernah mengalami eating disorder, metode ini bisa memicu kekambuhan.
Karena itu, water fasting tidak disarankan bagi anak-anak, remaja, ibu hamil/menyusui, atau orang dengan kondisi medis tertentu.
BACA JUGA: Resep Tempe Sambal Hijau
Jadi, Sehat atau Berisiko?

Jawabannya: tergantung. Jika dilakukan dalam jangka pendek, oleh orang sehat, dan dengan pengawasan, water fasting 3 hari bisa menjadi bentuk detoks ringan. Namun, jika dilakukan tanpa persiapan atau terlalu sering, risikonya bisa jauh lebih besar daripada manfaatnya.
BACA JUGA: Resep Roti Ragout Sayuran
Kesimpulannya, water fasting selama 3 hari mungkin terlihat menarik karena tren dan testimoni di media sosial. Tapi sebelum mencobanya, pastikan Anda paham manfaat dan risikonya.
Ingat, tren viral belum tentu cocok untuk semua orang. Konsultasikan dulu ke dokter untuk mendapatkan saran terbaik.